Kabar duka itu datang dari kawan kita, Budi Hendarto, eks wartawan Harian Surabaya Post. Ia menghadap Sang Pencipta Kamis (2/7/2020) pagi ini, dan dimakamkan di Wlingi, Blitar.
Akrab dipanggil dengan nama Ben, salah satu wartawan andalan Surabaya Post ini dikenal karena kiprahnya. Terlebih saat membangun database got atau saluran air Kota Surabaya.
Ben kerap dikenalkan Tjuk Swarsono di ruang kuliah dengan sebutan ‘wartawan got’ atau ‘wartawan banjir’. Maklum. Hanya Ben yang sedemikian antusias mau beranjak dari tempat berteduh, turun ke jalan, lalu berbelok ke saluran air kota.
Hanya Ben pula yang mau serius belajar manajemen banjir Kota Surabaya. Semangat ini tak lepas dari sosok Tjuk yang terus menyemangati agar Ben fokus pada isu banjir, termasuk di dalamnya soal manajemen banjir kota, database aliran air, dan standar kualitas got atau riol.
Di pesan bela sungkawanya, Tjuk menulis, “Saya menggenapi duka cita mendalam adik-adik dan kerabat Surabaya Post. Dik Budi Ben maafkan saya karena saya pernah ‘membentuk’ Anda sebagai wartawan yang fokus ke manajemen banjir di Kota Surabaya”.
Lalu Tjuk berkisah tentang alasan di balik proses ‘pembentukan’ itu. “Sejujurnya ini untuk mengimbangi kiprah Wali Kota Surabaya Drs Purnomo Kasidi yang hobi berat membenahi got-got kota agar bebas banjir,” tulisnya.
“Waktu itu tak seorang pun wartawan berminat mengamati got. Maklum gak seksi blass! Berkat kegigihan Ben, wali kota respek terhadap tulisan-tulisan almarhum. Dia lah yang mampu menandingi debat sengit soal got atau riol dengan sang wali kota,” jelas Tjuk lagi.
Ibu Ben, lanjutnya, pernah terheran-heran dengan tugas putranya ini. Katanya, “Wartawan lain kalau hujan lebat pada berteduh dan balik ke kantor. Tapi Ben malah pamitan keluar rumah mau meliput banjir”.
Meski demikian, nyatanya Ben tetap turun ke jalan di saat banjir. Menurut Tjuk, hanya dengan turun langsung di saat hujan lebat, kita tahu ke mana air mengalir. Bagaimana kondisi jalan dan got-gotnya, pompa banjir ke Sungai Kalimas, dan seterusnya.
Ben kemudian menemukan data, dari 40-an pompa banjir, hanya 17 yang prima. Sisanya mogok karena kehabisan bahan bakar, aki lembek, mesin tak terawat, penapis sampah buntu, petugasnya mbolos, dan lain-lain.
Laporan ini tentu membuat Wali Kota marah besar. Dia merasa kecolongan oleh Surabaya Post. Tapi fakta itu membelalakkan semua orang ; pantesan banjir!