Lama bekerja di Surabaya Post membuat Dwi Eko Lokononto, Pemimpin Redaksi Beritajatim.com, terbiasa mentaati kaidah jurnalistik. Meski itu berarti siap berhadapan dengan kesan lambat dan konservatif, hingga tertinggal jika dibanding media online yang lain.
“Banyak media online baru begitu menghamba pada SEO atau Search Engine Optimization. Kontennya asal bombastis, asal mencuri perhatian. Esensi SEO yang complicated disederhanakan dalam clickbait,” jelasnya saat jadi nara sumber dalam Seminar ‘Bebaskan Jemari Pers’ di Sport Center Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya, Minggu (28/4/2019) siang.
Surabaya Post, jelas Lucky, panggilan akrabnya, berisi orang-orang hebat yang sangat berhati-hati menjaga kualitas konten. Verifikasi data menjadi disiplin yang wajib ditaati. Kebiasaan ini kemudian melekat erat di kiprahnya di industri media siber.
Diakui, saat ini begitu banyak media online menggunakan prinsip keliru dalam pengembangan bisnis. Demi memperoleh penghasilan iklan daring, mereka rela mengorbankan kualitas, akurasi, bahkan hanya mengejar sensasi.
“Ini tentu sesuatu hal yang keliru. Karena masyarakat butuh good journalism, bukan informasi yang menyesatkan,” tandas Lucky.
Pembaca, menurutnya, sangat membutuhkan berita yang akurat. Apalagi di jaman seperti sekarang, banyak yang mulai bosan dengan dampak media sosial.
“Surat kabar harus berstrategi dalam konten. Tidak lagi mengejar straight, tapi konten yang mendalam dan features. Kalau masih straight news ya kalah sama media online,” ingatnya.
Lama di Surabaya Post, Lucky mengaku terbiasa tunduk pada Undang Undang Pokok Pers dan Kode Etik Jurnalistik.
“Bisa jadi itu merugikan. Dibanding media baru, kami bisa kalah di ranking Alexa. Tapi ya gak apa-apa, ini kan bukan balapan,” candanya.
Sebagai orang yang kini aktif mengembangkan media lokal, alumnus Universitas Airlangga ini mengaku optimis jika media yang dikembangkan akan survive. Ia bahkan percaya, Beritajatim.com mampu bertahan meski bersaing dengan lebih dari 40 ribu media online yang ada.
“Kuncinya pada kreativitas. Rasanya semua juga tahu itu,” akunya. Hanya saja, kreativitas itu kerap diberlakukan di konten, bukan secara keseluruhan lembaga.
Bersiasat dengan perkembangan jaman, Lucky yang pernah dijuluki ‘pemimpin yang lahir di masa krisis’ di Surabaya Post ini kemudian berbagi rahasia.
“Bagaimana agar bertahan hidup? Selain konten kreatif ya pendekatan bisnis yang kreatif. Tidak melulu mengandalkan iklan. Tapi juga bisnis pendukung yang lain,” jelasnya.
Ia memberi contoh, bisa jadi tim bisnis mengembangkan unit usaha event organizer, advertising offline, dan masih banyak lagi. (hdl)