Dandanannya selalu rapi. Baju formal, biasa dimasukkan, celana bahan, pakai kaos daleman, sepatu kulit. Itulah Wardianto akrab dipanggil Antok. Tapi itu penampilan waktu di Surabaya Post tahun 1980-an.
Saat itu, Antok tidak identik dengan jurnalistik. Lulusan perpustakaan Unair angkatan 1980 ini, lebih dikenal sebagai partner Mbak Sup di bagian admin. Secara detil, KPI-nya Antok adalah untuk mengurusi perpustakaan, data sirkulasi, dan data honor wartawan “o” atau penulis lepas. “Terakhir aku urus honor wartawan dan produktivitas,” katanya suatu petang.
Setelah itu, awal 1990 Antok ternyata bermimikri, bukan sebagai admin lagi tapi jurnalis. Bersama Taufik Ibrahim dan Bambang Soen, ia bergabung dengan Berita Buana untuk posisi wartawan biro Jatim. Hanya dua tahun dia pun pindah ke Republika, juga biro Jatim.
Tidak diduga, Antok yang sebelumnya tidak identik wartawan, berubah peran. Tiap hari pikirannya liputan mencari warta ke seluruh Jatim. Ia lincah, banyak teman, cepat gaul, dan cerdas menerima respon dari nara sumber. Penampilan lelaki alumni SMA1 Madiun yang semula rapi, agak berubah lebih casual. Celananya hampir selalu jin dan kaos, atau kalaupun kemeja jarang dimasukkan ke celana kecuali tugas ke lembaga resmi pemerintahan.
Membaca laporan-laporan Antok, apalagi kalau kebagian mengeditnya, enak. Hampir bersih salah ketik. “Soalnya waktu SMA aku juara ngetik 10 jari,” katanya menjelaskan relasinya. Masuk akal kalau begitu. Soal gaya bahasa, cukup lincah, tidak terlalu bersastra njlimet, tata bahasanya jelas dan benar. Dia bisa jelas membedakan antara “pertama kali” dengan “kali pertama”.
Setelah malang melintang di dunia jurnalistik, akhirnya dia pun memasuki usia pensiun. Tepatnya mengambil pensiun cepet dari Republika. Namun sebelum itu, dia sempatkan berhaji ke Baitullah pada tahun 2011 lalu.
Setelah pensiun dari Republika, Antok yang tak mau diam ini, masih aktif di dunia penulisan. Saat ini, dia mendapat kepercayaan menulis pariwara dari grup Bhirawa Jatim. “Pokoknya ada orderan pariwara, tak garap,” tambah Antok.
Cocoklah dengan tulisannya yang rapi, kosakatanya yang luas, dan tatabahasa yang pas, sesuai tatabahasa gaya almarhum Jus Badudu. Jadi, Antok memang tidak menghilang, tetap berada di sekitaran Surabaya dan Sidoarjo, dan aktif bersilaturahmi dengan Hadi Suyitno (hds) dalam beberapa kali ketemuan. Gak percaya, lihat saja FB-nya.
Ketika lurah grup WA Bambang Bes menantang untuk hadir di Reuni dan Halal Bihalal ex-SurabayaPost di Malang, dengan sigap dijawab, “Siyapp hadir,” tukas Antok cepat. Siiiiip.
Lhooo…. piye carane gawe ngene kiii… Ajarono, Sap… Ciyamik tenan kiii… Wediyannnn…. Tampilane seger, kemebul …. Suwun, Sap….
fotone ora di-crop malih ana sing numpang tayang. ???
subhaanallaah. ada aja yg mau cari jalan nyambung silaturahmi. tks