Gemilang Karena Gito, Terjungkal Gara-gara Ginting
Info Baru Nostalgia

Gemilang Karena Gito, Terjungkal Gara-gara Ginting

Harian Sore Surabaya Post (SP) adalah kawah candradimuka banyak wartawan. Termasuk Rokim Dakas, pegiat budaya Surabaya. “Gabung di Surabaya Post pada masa itu kayak kesempatan emas,” akunya.

Selain citra SP sebagai salah satu koran berpengaruh, saat itu Rokim juga berkesempatan belajar jurnalistik dari beberapa orang. Selain, tentu saja, ia juga bisa bertemu tokoh-tokoh populer tanah air.

“Saat itu bertemu Gito Rollies, rocker Indonesia. Saya wawancara enam jam dengan dia, lalu saya tulis dalam format tanya jawab di SP. Langsung muncul di halaman satu,” bangganya. Gara-gara tulisan ini ia langsung dipanggil ke kantor pusat SP di Jl TAIS Nasution, Surabaya, dan bertemu dengan A. Malik, salah satu petinggi di SP.

Di depan Rokim ia berpesan jika ini karya bagus dan menarik. Format wawancara ini juga disebut model baru dalam penulisan di SP.

“Dia bilang, lanjutkan. Tapi ya cuman diajak salaman. Saya pikir mau dikasih bonus,” kata Rokim sambil tertawa. Selain Gito, pengalaman berkesan lain yang didapat adalah saat wawancara dengan Damardjati Supadjar, ilmuwan dan guru besar di Universitas Gadjah Mada. Ia dikenal sebagai penasihat spiritual Kraton Kasultanan Yogyakarta.

Sosok Damardjati juga dikenal karena tulisannya di media massa yang banyak menyuguhkan tafsir filsafat kejawen, ketuhanan, dan Pancasila.

“Saya juga bertemu dengan tokoh spiritual seperti Bapak Moh. Zuhri. Dari perkenalan ini saya kemudian ngaji ke beliau selama tujuh tahun,” kenangnya.

Sejalan dengan pengalaman masa lalunya yang banyak berkutat di Bengkel Muda Surabaya, Rokim tentu tak melewatkan peluang bertemu seniman kondang Indonesia. Salah satunya WS Rendra.

Untuk bertemu penyair berjulung Si Burung Merak ini, ia sampai rela nyanggong di Hotel Montana Batu selama tiga hari. Karena tidak bawa duit buat menginap, ia harus tidur di mess karyawan bareng Jil Kalaran.

“Surabaya Post adalah koran yang kuat di halaman seni dan budaya. Selain saya, koran ini diperkuat nama-nama seperti Jil, Sirikit Syah, dan Henri Nurcahyo,” tegas Rokim.

Sampai tahun 1991, ia ditegur dan kena skors gara-gara menulis dugaan jika Bambang Ginting (BG) ngemplang duit Mbah Masmundari, maestro pelukis Damar Kurung dari Gresik. Saat itu beredar kabar, Mbah Masmundari meminta Bambang sebagai panitia pelaksana pameran tunggalnya, untuk menyerahkan uang hasil pameran sebesar Rp 5 juta. Pameran itu sendiri diselenggarakan di Hyatt Hotel Surabaya.

“Saya benernya nurut sama nasihat Pak Tjuk Swarsono. Katanya saat itu, wartawan bila perlu masuk ke kantong informasi. Sehingga saya gubung dengan studionya BG,” ungkap Rokim yang beberapa waktu terakhir aktif menjadi relawan Pro Jokowi ini.

Masmundari, lanjutnya, saat itu dikenal sebagai seniman miskin. Padahal ia dikenal sebagai seniman luar biasa. Berbekal pemahaman ini, Rokim dan kenalannya bergerilya mempopulerkan Masmundari.

“Sampai-sampai karyanya bisa kami pamerkan di Hyatt Hotel. Kami juga lobby Pemerintah Kabupaten Gresik agar rumah dan kampung Mbah Masmundari diperbaiki,” jelasnya.

Beruntung, pameran ini berhasil mencuri perhatian banyak orang. Masmundari kala itu bahkan dapat duit Rp 10 juta dan sumbangan Rp 300 ribu per bulan. Tentu saja ini jadi kabar membahagiakan bagi keluarga Mbah Masmundari.

“Sayang, duit ini tidak sampai ke dirinya. Saya sudah curiga duit diambil BG. Saya langsung muntab, ngomel-ngomel di depan wartawan Surya dan lain-lain. Langsung tulisan tentang skandal ini muncul dimana-mana,” sesal Rokim.

Meski jengekl bukan kepalang, ia menunggu jadi penulis terakhir. Karena ia paham, BG cukup dekat dengan Toety Azis. Tapi siasat ini tetap saja dapat respons buruk. BG, kata Rokim, langsung lapor ke Toety. Ia bahkan bilang kalau Rokim harus dapat sanksi bila perlu dipecat.

Rokim kena skors, dan ia pun melawan. “Saya marah bener. Karena diskors itu kayak dipecat. Saya siapkan gugatan di pengadilan. Bahkan saya sudah siapkan kronologisnya. Tapi ya apes. Tetep dipecat. Bahkan tanpa pesangon,” katanya.

Merasa diperlakukan tidak adil, Rokim pun bertemu kyainya. Usai bercerita banyak ia dapat nasihat sederhana, “Alhamdulillah. Sampeyan akan dapat kemuliaan”.

Loading...

Post Comment

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.