Tangisan leloehoer terasa begitoe menjajat djiwa. Air mata pedjoeang kemerdekaan membenamkan impian agoeng jang ditjatat dengan tinta emas. Betapa anak tjoetjoenja tak berdaja menghadapi perang soenji tanpa pertoempahan darah. Namoen akibatnja, kekajaan boedaja jang begitoe loehoer dibenamkan oleh bentoek adjaran jang kebenarannja perloe dioedji setjara kritis. Tidak ada kemoetlakkan soeatoe adjaran dalam menempoeh moeara kebenaran hakiki.
Memang ada aliran jang memadoekan boedaja Noesantara dengan soeatoe adjaran sebagaimana jang dilakoekan oleh para Kekasih Semesta. Namoen jang merisaoekan adalah agen² boedaja mantja jang mendjoewal cerita horor dengan iming² soerga kemoedian diapresiasi masyarakat loewas. Dari mata bathiniah nasibnja terlihat bundhas.
Ini boekan toelisan SARA. Toelisan ini semata² ratapan anak zaman jang menjaksikan negara dan bangsanja bagai nasib hoeroep Djawa. Ketika dipangkoe dikira memperoleh kehormatan namoen sedjatinja mengalami kematian.
Mati akal dan pikirannja laloe anoet groebjoek, ngalor meloe ngalor, disoeroeh ngidoel manoet² sahadja. Semangkin jidhate benjoet semangkin pertjaja bahwa koentji soerga soedah di telapak tangan. Aneh.
Djika boleh mengkritisi, adjaran level bawah terseboet lebih mengedepanken masalah hoekoem baik buruk, iming² soerga neraka. Beloem tentoe pentjeritanja berani menoendjoekken woedjoed dari apa jang disampaiken dikarenaken ilmoenja beloem pada tingkat hakiki. Lantaran level hakiki bisa mengantjam poendi² rezeki pedagang tjerita.
Apapoen adjaran hidoep jang slamet, toempoean oetamanja adalah bagaimana bisa mensoetjiken hati, pikiran, roso and rumangsane.
Dengan kemampoeannja mengolah keempat oensoer penting terseboet maka siapapoen akan bisa menikmati soewasana soerga dan terhindar dari neraka. Tidak diperloekan lagi piknik ke mantja negara oentoek mensoetjiken diri agar ketemoe Sang Pentjipta. Apalagi jang ditjari jika kesemoeanja ada di dalam diri?. Boekan di loewar raga apalagi mantja negara.
Kalaoe sahadja para Goeroe berani menjampaikan adjaran hakiki, riboean triljoen oewang rakjat Indonesia tidak akan terhamboer ke loewar negeri, dan tentoe sangat bergoena bagi peningkatan kemakmoeran bangsa dan negara.
Karena kalah menghadapi politik adjaran, bangsakoe melarat seratoes toeroen. Alsebab kalah perang, soedah barang tentoe resikonja haroes membajar “pampapasan” setjara toeroen temoeroen, entah sampai kapan?
Sajang pembajaran terseboet tidak disadari, bahkan merasa senang karena silaoe oleh tjerita bisa ketemu Sang Pencipta and jadi sutji djika maoe wisata ke loear negeri.
Itoelah jang memboeawat para leloehoer meratapi nasib kita, anak coecoe peradaban, jang kalah menghadapi perang sunji. Perang tanpa pertoempahan darah namoen nasibnja sedemikian parah.
oleh : Rokim Dakas
* Penulis adalah mantan wartawan Surabaya Post
Doeh Goesti …