Hari Jumat (5/4/2019) pukul 13.22 WIB, ada pesan dari Mas Henri Nurcahyo, “Duka cita yang amat dalam. Sahabatku, Jacky Kussoy baru saja meninggal dunia hari ini Jumat 5 April, pukul 11.05 di rumahnya Bintaro Jakarta. Kabar ini saya dapatkan dari Herman Maruanaya, yang didapat dari keponakannya, Nancy”.
Saat mendengar kabar ini, ia mengaku sempat tidak yakin. Lalu buru-buru menghubungi Nancy. “Dia membenarkannya. Nomor telepon Jacky yang saya punya tidak aktif. Beberapa hari yang lalu saya sempat komunikasi dengan Usy, anaknya, lewat nomor Jacky,” tulis mantan wartawan Surabaya Post ini.
Kawan lain juga membenarkan kabar ini. “Semoga almarhum mendapat tempat terbaik di sisi-Nya. Aamiin. Dia meninggal hari ini di rumahnya, di Pondok Jagung 2, Perumahan Graha Bunga Jalan Kenari III, Bintaro,” kata Hanik Purwanto, mantan anak buahnya di Tabloid Nyata.
Hal yang sama juga dari Mas Jos Metro. Katanya, “Pak Jacky telah kembali ke Bapa di Surga”.
Ya, Jacky, sahabat kita, pergi menghadap Sang Pencipta. Sebelumnya sosok pekerja keras ini menderita stroke akibat penyumbatan pembuluh otak kiri. Sehingga bagian tubuh kanannya lumpuh. Selain itu juga ada jamur di paru-parunya.
“Kami tadi ke rumah almarhum Jacky. Istrinya sempat menyatakan terima kasih atas ucapan belasungkawa, ia juga mohon maaf bila ada kesalahan mas Jacky,” kata Sapto Anggoro.
Saat ini, lanjutnya, Jacky sedang nunggu anak keduanya yang di Korea. “Almarhum meninggalkan empat anak plus satu cucu. Rencananya habis lebaran Jacky mantu,” kata Sapto.
“Jacky adalah kawan dekat. Sahabat. Kakak senior. Guntur, anaknya, dititipkan ke kantor saya. Calon mantunya juga bekas staf saya. Semoga Mas Jacky mendapat tempat terbaik di sisi Tuhan. Dan keluarga yang ditinggalkan dapat penghiburan,” kata Sapto.
Kepergian Jacky Kussoy tak hanya mengejutkan bagi banyak kawan. Tapi juga meninggalkan banyak kenangan yang kini justru terasa sangat menyedihkan. Seperti diakui Sirikit Syah, “Dia sempat menyemangati aku di Facebook kira-kira sebulan yang lalu. Th 1987 aku dikasih Bu Toety Aziz box bayi bagus banget. Katanya dari Italia untuk cucunya, tapi cucu sudah dibelikan ortunya. Gak kepakai, dikirim ke aku sak lemarine. Kupakai untuk bayi pertamaku. Tahun berikutnya tak turunkan ke Jacky untuk baby-nya”.
Arifin BH pun memiliki kenangan sama. “Masih ingat dalam ingatan, Sabtu malam minggu lalu menjenguknya. Ah, lambaian tanganmu itu ternyata sebuah perpisahan,” katanya.
“Kita culik dari RS Budi Mulya untuk nonton bioskop atau pergi makan ya? Aku biasa panggil dia Kiky dan karena cadel, dia panggil aku Andong. Sekarang tinggal Mas Errol dan mbak Nunung yang manggil seperti itu,” timpal Maria Andriana.
Mama Ira pun bercerita kenangannya. “Aku lupa dik, yang jelas hari ini rasanya sedih banget. Kehilangan sahabat baik. Dia yang selalu mensupportku saat di Memo, juga yang menjodoh-jodohkan aku dengan mas Djupri. Kalau ke Malang selalu menengok kami,” tulisnya.
Kepergian Jacky adalah duka bagi siapa saja. Meski siapapun tahu, perjalanan hidup hanyalah berujung di akhir penantian. “Selamat jalan Jack. Purna sudah tugasmu di dunia,” kata Bambang Soen.