Di depan lebih dari 110 peserta, Sapto Anggoro, CEO tirto.id, dan Dwi Eko Lokononto, Pimpinan Umum Beritajatim.com, memaparkan ancaman hoax dan perlunya memperkuat good journalism di industri media.
“Konten hoax terus berkembang. Tidak hanya di tema politis, tapi juga ekonomi, bahkan soal makanan,” kata Sapto dalam Seminar Nasional ‘Media Siber : Good Journalism vs Hoax di Era Post-Truth’ di Harris Hotel Surabaya, Sabtu (18/5/2019) ini.
Seperti temuan Kementerian Komunikasi dan Informatika yang menyebut jika ada 486 hoaks di sepanjang April 2019. Sehingga total konten hoaks sejak Agustus 2018 mencapai 1.731.
Dengan gambaran ini, praktisi media, baik secara kelembagaan maupun personal, harus memperkuat kualitas jurnalistiknya. “Wartawan harus sungguh-sungguh menggali fakta dan kebenaran, bukan hanya mengumpulkan pendapat. Karena kita juga tidak tahu, apakah pendapat itu benar atau tidak,” tegas mantan wartawan Surabaya Post ini.
Seorang wartawan yang baik, lanjutnya, akan keluar dari ruang kerja redaksi dan mencari data. Ia tidak hanya mengandalkan komunikasi via handphone atau WA.
“Jangan-jangan bukan fakta yang kita tulis, tapi hoax juga. Ini kan bahaya,” candanya.
Usai paparan Sapto, Lucky, panggilan akrab Dwi Eko Lokononto, juga memaparkan kondisi hoax yang berkembang saat ini.
“Hoax tidak akan berhenti, hoax akan tetap diproduksi, direproduksi, didistribusikan, diredistribusikan,” jelas mantan wartawan dan Direktur Niaga Surabaya Post.
Untuk itu, lanjutnya, media siber harus berkomitmen untuk tetap memerangi hoax. Karena memang itulah tugas media.
“Untuk bisa memerangi hoax, diperlukan soliditas media, dukungan policy dari government, intinya supaya masyarakat terlindungi. Karena media pada dasarnya mengabdi kepada publik,” jelasnya.
Bicara good journalism, Lucky mengaku jika kultur redaksi di Surabaya Post memberi pengaruh yang sangat kuat. Koran sore terbesar pada masanya itu pernah jadi ruang kolaborasi wartawan-wartawan hebat yang serius dalam berjurnalistik.
“Kami malu jika bikin berita asal-asalan,” katanya suatu saat. Disiplin verifikasi jadi sesuatu hal yang baku, yang melekat erat di kerja jurnalistik awak Surabaya Post.
Selain Sapto dan Lucky, seminar nasional yang digelar dalam rangka HUT Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) ini juga menghadirkan Suko Widodo, dosen Universitas Airlangga. Seminar dipandu Vika Wisnu, dosen komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya. (hdl | foto : ahmad mukti)