Di Pra Cetak jadi Kenal Banyak Karakter Awak Redaksi
Info Baru Nostalgia

Di Pra Cetak jadi Kenal Banyak Karakter Awak Redaksi

Bagi Iswati Arifin, dipercaya di bagian pra cetak Surabaya Post adalah kebanggaan sekaligus tantangan.

Alumnus SMEA Negeri Kediri tahun 1976 ini mengatakan, selama bekerja di koran sore yang didirikan A. Azis ini, ia mendapat banyak pengalaman berharga. Di luar itu, Surabaya Post juga kemudian mempertemukan dirinya dengan banyak orang hebat.

“Saking lamanya saya berkecimpung di pra cetak, saya sampai hapal dengan masing-masing (karakter) redaktur dan wartawan. Mana yang tulisannya bersih, nggak banyak salah cetak, enak dibaca, dan disiplin dengan deadline,” akunya.

Ia memberi contoh, Onny Yoelyana ketika menjadi redaktur SPM atau Surabaya Post Minggu, memiliki cara kerja yang disiplin dengan deadline. Berita yang disetor cenderung bersih tidak banyak salah cetak.

“Ini berdampak mempercepat proses koreksi, sehingga bisa segera disetor ke bagian lay out. Juga ada wartawan dan redaktur yang pinter lay out sendiri halamannya, saat lay out sudah dikerjakan dengan komputer, tidak manual lagi,” kenang Iswati.

Untuk awak koran yang memiliki karakter ini, Iswati memberi contoh, Hadi Wirawan, wartawan olahraga, dan Budi Haryono, redaktur olahraga. Orang-orang ini suka mengatur sendiri penempatan beritanya. Sehingga anak lay out tinggal merapikannya.

Dipercaya menjadi penanggung jawab pra cetak, Iswati harus mengawal deadline berita dari redaksi, agar tidak terlambat naik cetak.

“Jadi lingkup kerjanya meliputi bagian setting, korektor, lay out, reproduksi, sampai hasil akhir berupa plate untuk bisa naik cetak,” tambahnya.

Dari mengatur penempatan iklan di setiap halaman koran, hingga tinggal seberapa banyak space berita yang dibutuhkan. Kata Iswati, ini yang kadang bikin ‘nggak enak’ setiap redaktur kalau halamannya tersita banyak iklan.

“Bahkan kadang kena iklan satu halaman penuh, kasihan wartawan yang setor berita. Memang saat jayanya Surabaya Post kan luar biasa banyak pemasang iklan. Terutama hari Rabu dan Sabtu, iklan pasti mbludak,” kata perempuan yang kini aktif mendampingi puteranya mengembangkan Kebab Kings ini.

Budaya Kekeluargaan
Surabaya Post, kata Iswati, memang dikenal sebagai sebuah perusahaan media yang sangat kukuh mempertahankan budaya kekeluargaan. Tak heran jika seiring waktu, ia masih mengingat orang per orang yang banyak memberi pengaruh dirinya saat bekerja di Surabaya Post.

“Mas Herman Basuki. Dia yang berpengaruh terhadap karier saya hingga dipercaya sebagai Kepala Bagian Pracetak. Yang saya ingat, Mas Herman ini yang mengenalkan peralatan baru di bagian setting,” tukasnya.

Dari komputer generasi awal, lanjut Iswati, hingga memakai Vidikey, perangkat komputer yang jika mengetik output-nya masih berupa pita berlubang-lubang, baru menjadi huruf kalau sudah masuk proses berikutnya dengan peralatan Compstar.

“Hingga berkembang membeli peralatan komputer yang lebih modern untuk menunjang kinerja setting. Hingga akhirnya berkembang merambah komputer yang bisa mengalihkan pekerjaan lay out yang tadinya manual, menyusun dan menempel berita di halaman kertas selebar koran, menjadi dikerjakan dengan komputer. Saya suka sekali mempelajari peralatan baru tersebut,” papar Iswati.

Hingga akhirnya, ia dipercaya menjadi kepala bagian pra cetak dalam kurun waktu yang sangat lama. Iswati ingat, di posisi ini, ia bisa melihat Surabaya Post berganti redaktur pelaksana beberapa kali.

“Sampai hapal kinerja redpel, siapa yang enak alur kerjanya dan bisa memenuhi deadline cetak, jarang terlambat,” candanya. (hdl)

Loading...

One Comment

Post Comment

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.