Sudah lebih satu bulan ini saya memikirkan rencana kemungkinan menulis buku tentang wabah penyakit akibat virus Corona (Covid 19). Belum fixed memang. Tapi bahan-bahannya sudah saya kumpulkan sejak awal. Sak hohah, banyaknya.
Waduuh, laku to Mas Djoko? Isu itu apa bertahan lama? Menyimak SARS dan lain-lain, sepertinya isu itu segera berlalu dan dilupakan orang, kata seorang teman.
Saya tentu berterima kasih pada masukan dari teman itu. Tetapi ada banyak hal lain yang saya pikirkan daripada sekedar laku atau tidak kalau buku yang saya rencanakan itu jadi.
Bagi saya, ada 1001 hal yang perlu diabadikan dari pandemi global itu. Dari macam-macam sisi: kesehatan, sosial politik, ekonomi, hubungan antarbangsa, militer dan pertahanan negara, dan lain-lain. Ada begitu banyak cerita yang sangat menarik bila disajikan dalam berita kisah. Dan kali ini kesempatan untuk menulis buku lain terbuka agak longgar, setelah saya selesaikan beberapa buku.
Di tengah persiapan tersebut, tiba-tiba saya dihadapkan pada masalah yang tak pernah terbayangkan. Rencana pernikahan anak kedua saya, Ilham Himawan (dengan Anugerah Rahmayani) di Leces, Probolinggo, Ahad (22/3/2020) besok harus berlangsung di tengah mewabahnya Covid 19.
Berita terakhir dari Jakarta menyebutkan, Kemenag mengijinkan warga masyarakat menggelar pesta pernikahan asal tamunya tak lebih 10 orang, disertai ketentuan ini itu. Di antaranya social distancing, tersedianya hand sanitizer, sarung tangan untuk calon pengantin. Terus rencana “ngunduh mantu” di Surabaya tanggal 5 April 2020 bagaimana?
Anak-anak dan kerabat pun menjawab, “Inshaa Allah, semua sudah beres, Ayah”. Nanti acara yang 5 April dibicarakan sambil berjalan. Apa ditunda? Itu nanti.
Kelihatannya hal itu sepele. Tetapi ternyata tidak. Ada banyak masalah yang harus dipertimbangkan. Soal tempat acara, catering, keamanan, undangan yang sudah dipesan, dan sebagainya.
Saya memang orang kecil, bukan selebriti dan orang terkenal, yang berita-beritanya terkait pesta keluarga bisa bikin heboh di media. Tetapi toh saya mesti siap menjawab pertanyaan dari teman-teman, yang jumlahnya tidak bisa dihitung dengan jari.
Begitulah teman-teman. Mohon doa restunya untuk pengantin berdua. Semoga Allah memberikan kelancaran acara pernikahan besok dan rahmatNya. Mohon maaf atas segala keterbatasan saya dan keluarga.
oleh : Djoko Pitono
* Penulis adalah mantan wartawan Surabaya Post