Dulur, opo jik eling karo Basuki? Dulu pria yang murah senyum ini tahun 1989-an masuk di Surabaya Post sebagai OB, suka mengantar foto-foto Reuter/AFP dari Kantor SP di TAIS ke Jalan Sikatan. Sekarang, prestasinya luar biasa: spesial tukang nginceng pejabat.
Jangan ngeres dulu. Nginceng dimaksud di sini adalah, profesinya sebagai fotografer yang selalu melihat dari lobang fokus kamera atau bisa layar kecil untuk memastikan komposisi obyeknya.
“Aku motret para calon bupati, walikota, calon gubernur, calon anggota DPR sekarang,” kata Basuki pada ExSP. “Kerjaanku sekarang keliling Sumatera, Kaltim dan Jawa,” tambahnya bangga.
Pekerjaan yang membanggakan. Dia mengaku menjadi fotografer karena pernah bekerja di Surabaya Post. Bersyukur saat menjadi kurir mengirim foto yang akan dicetak di koran, dia mengagumi karya-karya itu dan bertanya-tanya kok bisa foto sebagus itu. Maka, almarhum Mas Zainuddin dan Dewanto dianggap gurunya yang berharga. Mereka, kata Basuki, yang sering mengajarinya kenapa foto bisa cerah, komposisinya bagus, background kontras dan sebagainya, enak dilihat.
Setelah sedikit paham, dia mengirim foto-foto kecelakaan kecil-kecilan, lalu dimuat di Surabaya Post, dapat honor. Tak terasa, itu jadi bekal hidupnya yang utama saat ini. Bermula dari ikut ke sebuah organisasi Pusdeham sebagai juru foto calon legislatif dan eksekutif, di situ Basuki bekerja dengan gaji yang pas-pasan pada 1993 lalu.
Banyak yang dipotretnya berkesan dengan hasil fotonya. Akhirnya dari mulut-ke-mulut, gethok tular, namanya dikenal di kalangan pejabat. Maka, dia pun keluar dari Pusdeham dan bekerja secara mandiri, membeli kamera-kamera handal, dibantu anak dan istrinya, dia memberanikan diri membuka foto studio Basuki Foto di Mojokerto.
Lelaki kelahiran 1967 ini dikaruniai 3 anak, dan sudah punya 5 cucu yang lucu. Sumatera, Kalimantan, dan Jawa adalah wilayah kerjanya. Foto Gus Ipul, Pakde Karwo, Awang Faruk (Kaltim) adalah karyanya. Dia menikmatinya. “Kadang ya sepi job juga, tapi aku ganti motret wedding,” katanya. Hidupnya mengalir, semua dijalanin dengan bahagia dan sungguh-sungguh.
Di sela-sela ngobrol, dia nyeletuk: “Yang lucu, aku pernah jadi paparazi. Disuruh nguntit suami/istri yang selingkuh, pakai lensa tele. Lumayan, honore Rp10 juta, hahaha,” kisahnya. Sekarang dia tak terima job tersebut. Kalau tidak ada ke luar kota atau foto nikah, Basuki sibuk menservis kamera-kamera orang, pelanggannya yang banyak pewarta foto. *
Hmm .. namanya kok ya sama to, karo aku .. juga sama2 suka foto .. bedanya yg ini profesional .. lha aku cuma selfie atau wefie .. Sukses yo Bas ..