Saya salah satu orang yang termasuk melek media. Mungkin sudah terbiasa saat jadi wartawan Tempo dulu, di mana semua wartawan dianjurkan membaca semua koran yang ada di kantor. Tetapi setelah pensiun, saya tak lagi berlangganan koran. Cukup membeli koran dan majalah secara eceren. Untuk berita cukup mengandalkan liputan televisi dan internet. Untuk berita demonstrasi, menarik melihat televisi karena disiarkan secara live. Rabo kemarin, selain melihat Kompas tv, saya juga melihat Metro tv, TVOne dan TVRI. Selepas pukul 19.00.
Kompas tv memberitakan demonstrasi pelajar SMK di Jakarta. Ini masih lanjutan demo mahasiswa, tetapi tuntutannya tidak jelas. Aiman, pembawa acara talkshow ini bilang, ini fenomena baru. Nara sumbernya beragam, Yenny Wahid dan kemudian disambung narasumber Refly Harun, ahli hukum tatanegara, Budiman Tanureja wartawan senior Kompas dan Aryani anggota komisi 3 DPR. Kecuali Aryani, semua nara sumber mengatakan demonstrasi mahasiswa/pelajar seharusnya mendapatkan perhatian serius dari pemerintah.
Ada aroganisme dari pemerintah dan DPR dalam meloloskan 5 revisi UU kontroversial, bahkan revisi UU KPK malah sudah disahkan DPR. Untuk mendinginkan suasana, Budiman mengusulkan Jokowi diminta berdialog langsung dengan mahasiswa.
“Tak cukup hanya menteri,” katanya. Selain itu Refli mengusulkan presiden segera mengeluarkan perppu UU KPK. “KPK memang sengaja dilemahkan,” katanya. Saat talk show, Kompas juga menayangkan secara live demonstrasi pelajar di Slipi dan di jalan Tentara Pelajar. Tampak sejumlah pelajar memprovokasi petugas polisi dengan menari-nari dan melempar batu.
KPK tidak hambat investasi
Talk show TVOne mengangkat topik KPK ganggu investasi. Nara sumbernya ‘oposan’ Rizal Ramli, satu pengamat ekonomi Indef dan 3 pelaku usaha. Rizal mengatakan tindakan melemahkan KPK tindakan keliru karena itu amanat reformasi. Sebaiknya, kata dia, peran Polri dan Kejaksaan Agung dalam memberantas korupsi, dan bila berhasil baru KPK dibubarkan.
Sedangkan 3 nara sumber pelaku usaha malah membantah pernyataan pemerintah yang menyebut keberadaan KPK menghambat dunia usaha. Menurutnya yang menghambat investasi adalah aturan yang berbelit-belit, juga kriminalisasi pelanggaran administrasi. “Kami malah terbantu dengan adanya KPK,” kata Hariyadi B. Sukamdani, ketua Apindo.
Metro dan TVRI melempem
Metro tv, stasiun televisi milik Surya Paloh pengusaha dan ketua partai Nasdem juga memberitakan soal penolakan demonstran terhadap RUU kontroversial. Nara sumbernya Fajrul Rahman mantan demonstran yang juga pendukung Jokowi, Zulfan Lindan anggota DPR dari Nasdem dan seorang ketua alumni Undip.
Mereka mengatakan demonstrasi mahasiswa rawan ditunggangi dan Fajrul minta mahasiswa minta menggugat ke MK saja terkait revisi UU KPK yang disahkan DPR. Zulfan mengatakan DPR sudah cukup aspiratif. Di sela talk show, Metro menampilkan gambar gerbang jalan tol yang dirusak demonstran hari Selasa.
Sedangkan TVRI tidak menyiarkan berita demonstrasi pelajar. Selepas pukul 19.00, TVRI memutar acara quis Siapa Berani yang dipandu Fery Salim dan Alya Rohali. Ini berbeda dengan Selasa lalu, TVRI menyiarkan berita demonstrasi secara live, lengkap dan cukup panjang durasinya. Mungkin sekarang ada kebijakan redaksi untuk tidak menyiarkan demonstrasi pelajar secara live.
* Penulis adalah mantan wartawan Harian Surabaya Post